Jumat, 14 Oktober 2011

Sebuah Karya Bahasa

Bastari di TVRI Kalsel 
Perlu Pembaruan
(Kritik Membangun terhadap Salah Satu Kinerja Balai Bahasa Kalsel)
Mahmud Jauhari Ali
Radar Banjarmasin 

Selama tahun 2008 yang lalu dan beberapa bulan pada tahun 2009 ini sebagian dari kita telah mendapatkan suguhan Siaran Bahasa dan Sastra Indonesia (SBSID) di TVRI Kalimantan Selatan. SBSID sekarang diberi nama Bastari (Bincang Bahasa dan Sastra Terkini, Aktual, dan Rinci) oleh pihak Balai Bahasa Kalimantan Selatan sebagai penyelenggaranya. Nama itu dibuat oleh salah seorang sastrawan Kalimantan Selatan. Sudah lebih dari satu tahun siaran ini disuguhkan kepada masyarakat di provinsi ini. Adakah pengetahuan yang dapat kita petik dari siaran itu? Silakan Anda jawab dengan hari nurani, bukan dari sebuah kefanatikan semata terhadap instansi yang bersangkutan.
Memperkenalkan Hal-Hal Intern ke Dunia Luar
=====Sebagai bagian dari masyarakat Kalimantan Selatan yang otonom, dengan tulisan ini, saya mencoba memaparkan hasil pemikiran saya yang sangat sederhana seputar Bastari tersebut.Semoga dengan tulisan ini tidak ada pihak yang marah karena merasa disudutkan atau dijelek-jelekkan oleh saya. Semoga pula tulisan ini dapat menjadi bahan kontemplasi batin bagi kita semua untuk menuju masyarakat madani di provinsi ini.
Setelah mempelajari siaran yang telah disuguhkan kepada masyarakat itu. Saya lebih menangkap adanya unsur memperkenalkan Balai Bahasa Kalimantan Selatan kepada masyarakat luas, baik hal ikhwal maupun kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan instansi pemerintah yang satu ini. Bahkan, unsur itulah yang mendominasi setiap siaran yang disuguhkan. Mulai dari membicarakan kebijakan Balai Bahasa Kalimantan Selatan atau Balai Bahasa Banjarmasin, Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI), Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), pemetaan dan kekerabatan bahasa daerah di Kalsel (penelitian), perkamusan, hingga sampai pada kegiatan penyuluhan bahasa dan bengkel sastra.
Intinya, pihak Balai Bahasa Kalimantan Selatan dengan siaran itu memperkenalkan semua elemen yang ada, yakni, mulai dari bidang birokrasi, bidang pembinaan, bidang pengkajian, dan bidang pengembangan. Hal ini jauh berbeda jika kita bandingkan dengan siaran bahasa dan sastra yang diselenggarakan oleh pihak Pusat Bahasa di TVRI Nasional yang kita kenal dengan BINAR (Bahasa Indonesia yang Benar). Dalam BINAR fokus utamanya adalah pencerdasan masyarakat dalam bidang kebahasaan dan kesastran, bukan fokus pada bidang-bidang dalam instansi Pusat Bahasa.
Pembelajaran bagi Masyarakat
Memang tidak dapat kita pungkiri bahwa dengan adanya usaha memperkenalkan bidang-bidang tersebut, kita mengetahui seluk-beluk lembaga penelitian yang bergerak di bidang kebahasaan dan kesastraan itu. Dengan pengetahuan itu pula, kita tidak canggung menjawab jika ada orang yang bertanya tentang apa dan bagaimana kiprah Balai Bahasa Kalimantan Selatan kepada kita.
Meskipun demikian, pernahkah kita berpikir bahwa sebenarnya sebuah siaran kebahasaan dan kesastraan merupakan sarana pembelajaran bagi masyarakat tentang seluk-beluk bahasa dan sastra, dan bukan seluk-beluk sebuah instansi pemerintah? Tulisan ini bukan bermaksud menyudutkan pihak penyelenggaranya, melainkan sebuah tulisan yang penulis maksudkan agar ke depannya kelak siaran tersebut menjadi lebih baik lagi bagi masyarakat Kalimantan Selatan. Kita semua berharap di bulan-bulan berikutnya pada tahun 2009 dan tahun-tahun berikutnya siaran bahasa dan sastra masih tetap diselenggarakan oleh Balai Bahasa Kalimantan Selatan dengan lebih baik lagi daripada tahun 2008 dan beberapa bulan pada tahun ini. Semoga kita mendapatkan izin-Nya untuk mencapai kemajuan itu.
Fenomena dalam Dunia Sastra dan Bahasa di Kalsel
Hal tersebut di atas perlu diwujudkan pihak Balai Bahasa Kalimantan Selatan karena sampai sekarang masih banyak masyarakat Kalimantan Selatan yang kurang mengenal sastra daerah dan juga sastra mutakhir. Bahkan, ada yang ”tidak” mengenal mamanda misalnya, yang merupakan salah satu sastra daerah Kalimantan Selatan. Di sekolah-sekolah juga jarang sekali disinggung seputar sastrawan Kalimantan Selatan. Padahal para sastrawan inilah yang berperan penting dalam kehidupan sastra di provinsi bagian selatan pulau ini. Para siswa pun akhirnya tidak mengenal sastrawan-sastrawan tersebut. Bukankah hal-hal di atas merupakan fenomena yang sangat memprihatikan di provinsi ini? Seharusnya Bastari juga mengupas dan memberikan solusi atas problematika dalam dunia sastra di Kalimantan Selatan tersebut, bukannya membicarakan tentang seluk-beluk setiap bidang yang ada di Balai Bahasa (Provinsi) Kalimantan Selatan.
Berkaitan dengan bahasa, hingga saat ini di masyarakat kita penggunaan bahasa Indonesia misalnya, belum seperti yang kita cita-citakan. Sebagai contoh umum, masih banyak iklan-iklan berbahasa Inggris dan bahasa gaul bertebaran di hadapan khalayak ramai. Begitu pula dengan penggunaan kata contreng dalam pemilu tahun ini. Seharusnya kata centang yang dipakai dan bukan kata contreng.
Pembaruan dalam Bastari
Berdasakan fenomena yang ada, Bastari masih sangat perlu dilaksanakan. Akan tetapi, sangat perlu adanya pembaruan dalam siaran tersebut sehingga kita sebagai masyarakat akan lebih mengetahui seluk-beluk kesastraan dan kebahasaan. Pengetahuan ini sangat perlu guna memungkinkan lebih banyak lagi masyarakat Kalsel dapat bersastra dengan kualitas yang tinggi dan tentunya tidak kalah dengan masyarakat dari provinsi lainnya di Indonesia. Hal yang tidak kalah pentingnya, dengan pengetahuan itu, memungkinkan masyarakat Kalsel dapat menggunakan bahasa Indonesia dan daerah secara baik dan benar.
Adapun pembaruan dalam Bastari itu menurut hemat saya seperti berikut ini.
Berkenaan dengan sastra, siaran itu seharusnya diarahkan pada hal-hal yang menunjang bagi masyarakat dalam bersastra, mulai dari apresiasi terhadap karya sastra hingga berkaitan dengan pembuatan karya sastra. Misalnya saja, masyarakat diberikan pengetahuan tentang bahasa sastra yang memiliki efek yang berbeda dengan efek yang ditimbulkan dari bahasa ilmiah, cara memaknai kata-kata pada karya sastra, pemilihan kata pada puisi, penentuan tema yang dalam pada prosa fiksi, dan juga seputar naskah dan pementasan teater, serta penulisan esai. Selain semua itu, masyarakat Kalimantan Selatan juga harus dilatih untuk menulis karya sastra dalam acara bernama Bastari itu. Tujuan hal terakhir tadi agar Balai Bahasa Kalimantan Selatan dalam Bastari tidak hanya membudayakan lisan, seperti bertanya dan berkomentar secara lisan via telepon
Kemudian dalam Bastari tersebut masyarakat Kalimantan Selatan harus diberikan pula pengetahuan sejarah sastra di Kalimantan Selatan, jejak langkah para sastrawan Kalsel dalam memajukan provinsi ini dan bangsa Indonesia di bidang sastra, seputar sastra daerah, perkembangan sastra Kalsel mutakhir, manfaat bersastra, dan lain-lain.
Ringkasnya, di bidang sastra masyarakat Kalimantan Selatan lebih memerlukan pengetahuan tentang puisi, prosa fiksi, teater, dan perkembangannya daripada seluk-beluk setiap bidang seperti paparan saya di atas. Untuk itu, dalam Bastari perlu menghadirkan sejumlah sastrawan andal sebagai narasumber. Jika di bidang bahasa dalam Bastari ada guru besar bahasa yang andal seperti Darmansyah, di bidang sastra pun harus ada sastrawan yang andal, seperti Arsyad Indradi dan Micky Hidayat di bidang puisi, Sandi Firly dan Jamal T. Suryanata di bidang Cerpen, Adjim Ariadi di bidang teater, dan di bidang esai seperti Tajuddin Noor Ganie dan Sainul Hermawan.
Di bidang bahasa, siaran tersebut seharusnya lebih diarahkan pada penggunaan bahasa Indonesia dan daerah secara baik dan benar, juga informasi-informasi seputar perkembangan bahasa Indonesia dan daerah. Misalnya, masyarakat diajarkan tentang pengunaan kata-kata baku secara praktis, pemilihan kata-kata yang tepat, pola tata kalimat-kalimat yang benar, penggunaan tanda baca, dan juga masyarakat diberi penjelasan tentang manfaat berbahasa secara baik dan benar. Dengan demikian, dapat kita harapkan masyarakat Kalimantan Selatan tidak salah lagi dalam hal berbahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa daerah yang saat ini mulai mengalami krisis kosakata.
Di samping itu, dalam bidang bahasa, Bastari juga difokuskan pada dunia tulis-menulis sebagai bagian dari aktivitas berbahasa. Maksudnya, masyarakat Kalsel harus dilatih untuk mampu menulis di media massa dengan berbahasa Indonesia secara baik dan benar dalam Bastari tersebut. Misalnya saja, artikel dalam opini di surat kabar. Hal seperti ini lebih bermanfaat ’kan?
Dengan adanya hal-hal yang menunjang di bidang bahasa dan sastra tersebut, masyarakat Kalimantan Selatan diharapkan dapat lebih memahami, menghargai, menghasilkan, mencintai, dan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sastra dan bahasa.
Kita harus sadar bahwa selama ini kepedulian masyarakat umum terhadap sastra dan bahasa di Kalimantan Selatan masih tergolong rendah. Hanya para linguis, pembina bahasa, sastrawan, pemerhati dan pengamat sastra, dan orang-orang sejenis yang peduli terhadap hidup matinya bahasa dan sastra di Kalimantan Selatan. Kita sangat berharap Bastari dapat menjadi salah satu sarana yang baik untuk menumbuhkembangkan kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap bahasa dan sastra di provinsi yang kita cintai ini.
Dengan demikian dan dengan izin-Nya bidang sastra dan bahasa akan lebih mendapat tempat yang layak dalam masyarakat dan pemerintah di bumi Kalimantan Selatan.
Bagian Akhir
Mengakhiri tulisan yang singkat ini, penulis benar-benar mengharapkan Balai Bahasa Kalimantan Selatan dapat menunaikan tugas pokok dan fungsi mereka dalam menjalankan misi untuk mewujudkan kehidupan yang cerdas dan kompetitif dalam bidang kesastraan dan kebahasaan di Provinsi Kalimantan Selatan. Kita semua berharap Bastari dapat menjadi salah satu sarana yang baik dalam mewujudkan kehidupan yang kita cita-citakan tersebut di atas. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita dan tidak menimbulkan prasangka negatif dari pihak mana pun sehingga penulis tidak dikatai melemparkan isu negatif atau menjelek-jelekkan pihak tertentu ke tengah masyarakat pembaca. Bagaimana menurut Anda?



Opini : menurut kelompok kami artikel tersebut memiliki  kelebihan yg meliputi :
Karna suatu artikel yg menggunakan bahasa setandar atau bahasa baku adalah bahasa yg penggunaannya  memenuhi syarat – syarat kebahasaan , keselarasan , logika dan keselarasan etika .kekurangan artikel tersebut dalam aspek bahasa  

aspek bahasa yg terdapat pada  artikel di atas sulit untuk menetukan apakah kosakata yang di gunakan adalah kosa kata ilmiah atau kosa kata populer itu yg menjadi permasalahan dalam artikel di atas .berdasarkan kalimat yang digunakan merupakan  jenis artikel Eksploratif
ide cerita : ide cerita dalam artikel di atas merupakan hasil pengendapan dan perenungan serta fakta – fakta atau peristiwa sudut pandang kejadian .
susunan kalimat dalam susunan kalimat teradapat kata baku yg mengunakan kosa kata Ilmiah seperti ( suguhan , ”Tidak” -> kata ”Tidak” di letakan di tengah paragraf dengan menggunakan huruf besar) maka dalam susunan kata masi mengalami kesalahan , serta kata baku yg kurang di pahami oleh orang awam.