Mengutip dari Blog Tetanggga..
Pembaca yang terhormat. Saya mau tanya seberapa penting kah nilai
sebuah sepatu bagi anda ? Hmm.. mungkin pertanyaan saya akan saya balik
dan agak langsung, maksudnya to-the-point saja. Begini, kalau anda naik
motor apakah anda selalu pakai sepatu ? Kalau anda selalu pakai sepatu,
sepatu apakah yang anda pakai ?
Kali ini penulis memohon agar pembaca menjawab sejujur-jujurnya.
Apakah anda jarang pakai sepatu kalau naik motor ? Apakah kalau hanya
mau pergi kekantor ? Atau justru jarang sekali ? Banyak nanya-nanya-nya
ya ? Coba simak cerita saya dibawah ini.
Saya adalah pengendara motor yang serius. Maksudnya saya sangat
serius dalam mengamalkan dan memperhatikan keselamatan dalam berkendara
motor. Safety gear adalah bagian dari kehidupan saya bilamana
menggunakan sepeda motor. Dari ujung kepala, sampai ujung kaki. Dari
helm hingga sepatu. Kepala adalah nomor 1. Yah, dimana-mana yang namanya
Helm itu pasti dimandatkan sebagai safety gear nomor 1. Melindungi isi
kepala kita dari cidera dan karenanya selalu dapat berfikir sebagai
manusia. Semakin kebawah, maka prioritas itu semakin menurun. Hingga
sepatu yang memiliki prioritas yang paling rendah. Hingga suatu saat…
Biasanya saya selalu menggunakan safety shoes. Sepatu yang memiliki
pelindung besi yang menutupi jari-jermari pada bagian depan sepatu. Saya
sudah pernah menggunakan safety shoes yang pendek (dibawah mata kaki),
hingga yang tinggi. Hingga beberapa bulan lalu mencoba sepatu touring.
Sepatu itu menutupi mata kaki dan memiliki pelindung plastik dibagian
depan. Hingga tiga minggu yang lalu sepatu itu robek pada bagian
sole-nya. Hmm…harus ganti sepatu lagi.
Kepinginnya sih ganti sepatu Safety Shoes lagi. Tapi gak ada duid.
Teringat lah waktu itu untuk membeli sepatu Safety Shoes bekas. Jadilah
saya mengunjungi pasar rumput manggarai. Ditemani istri dan anak,
sekalian lihat-lihat sepeda bekas mur-mer dengan merk beken. Deal !!!
sebuah sepatu merk Carterpilar bekas dengan kondisi yang cukup baik.
Yah, kulitnya sudah terlalu lentur dan karet solnya sudah lembek. Tapi
tetap saja safety shoe dengan merk lumayan, tentunya kualitas safetynya
masih baik. Saat itu, sang sepatu bekas dipinang dangan mahar Rp 200 rb.
Antara ikhlas tapi gak iklhas tuh ngeluarin duid segitu. Tapi .. ya
sudah lah. Tak ada rotan, akar pun jadi.
Hari ini, setelah mengantar istri bertemu teman-temannya kami
berencana menjenguk teman istri ku yang telah masuk rumah sakit karena
sakit Tipus. Dalam perjalan menuju rumah sakit Internasional Bintaro,
saat melalui sebuah tanjakan…
Dihadapan ku, pada arah berlawanan ada sebuah mobil melaju cukup
cepat. Dibelakangnya tampak pengendara motor yang kelihatannya
“buru-buru”, dia seperti hendak mengambil jalur kami (Biker A). Melihat
keadaan itu, serta mengetahui bahwa kami tidak bisa memberi jalan bagi
nya karena disamping kami sendiri ada motor lain (Biker B), saya
memutuskan untuk memberikan “dim” dan klakson sedini mungkin.
Bukannya mengurungkan niat, Biker A justru nekat mengambil jalur kami. Dan…
Motor kami dan motor Biker A saling serempet…. tampaknya dia salah
perhitungan, dengan berharap bisa kembali ke jalurnya sendiri.
Tipissss…. dan nyarisss niatnya… tapi justru salah perhitungan dan DUAK
!!!!
Motor kami oleng dan segera bisa saya stabilkan. Sidebox sebelah
kanan tampaknya telah menghajar Biker A hingga miring dan terjatuh. Saya
tetap bisa menghentikan motor hingga kecepatan Nol dalam keadaan
berdiri, tapi tidak begitu dengan biker A. Ia nyaris tertabrak mobil
yang baru saja dia lewati, tapi untung tidak sampai terlindas. Biker A
terjatuh dan tidak bangun lagi, dia pingsan.
Kaki kanan terasa ngebet dan nyut-nyutan. Tidak sakit, tapi… nyuuutt.. nyuuuttt… melihat kebawah saya pun terkejut.
Safety Shoe itu telah penyok cukup parah dibagian “cup” pelindung
jari. Tidak sampai pecah, tapi penyok. Segera saya buka sepatu dan
melepas kaus-kaki. Darah mengalir pelan dari jari telunjuk kaki dan
memar diatas jempol.
Istriku segera berinisatif untuk jalan kaki ke Indomart yang tampak
beberapa puluh meter didepan kami untuk membeli antiseptik dan perban.
Syukurlah dia tidak kenapa-kenapa. Sementara kerumunan warga mulai
berlarian kearah Biker A yang tersungkur di jalan, 20 meter dari posisi
kami. Sebuah mobil dari angkatan udara mengantar korban kerumah sakit,
masih dalam keadaan pingsan. Semua warga setuju kesalahan ada pada Biker
A yang salah perhitungan.
My casualty ? Box Givi E36 side box kanan yang patah locking nya,
jari telunjuk yang lebam dan jari jempol yang memar, THANKS TO Rp
200,000 Safety Shoe.
Andaikan kejadian itu terjadi saat masih pakai sepatu Touring… sebelum pakai safety shoe.
Sangat mungkin jari-jemariku ancur dan remuk, paling tidak 4
diantaranya. Tampak “cup” besi pelindung jari-jemari benar-benar
melakukan tugasnya. Kini, sepatu itu benar-benar menunjukan nilainya,
karena iya telah menghindarkan puluhan juta biaya operasi, penyembuhan
dan belum lagi jari-jari yang hilang. Atau mungkin kehilangan kaki kanan
karena amputasi. Belum lagi kehilangan mata pencaharian, duduk di kursi
rodan atau tongkat menyangga kepincangan yang harus dipergunakan seumur
hidup. Hilangannya cahaya kebahagian diri, anak dan istri. Subhanallah
!!!
Kejadian ini mengubah cara pandangku terhadap sebuah sepatu. Kini,
semua safety gear adalah nomor 1. Sama dengan Helm. Semua sama
pentingnya.
Sekarang, bagaimana cara pandang anda tentang arti sepasang sepatu ?
Sebagai teman, sahabat, sobat, mentor, instruktur saya ucapkan,
“Selalu pakai sepatu disaat anda menaiki motor, juga safety gear yang
lain !! Maka anda akan sangat bersyukur dan merasakan rasa syukur itu
seperti apa yang saya rasakan hari ini. Jangan sampai anda MENYESAL….
seumur hidup.”
Sumber :
http://safetyridingcourse.com/?p=389